PALEMBANG, Fraksigerindra.id — Anggota DPR RI Komisi V Fraksi Partai Gerindra, Ir. H. Eddy Santana Putra.MT (ESP) kembali mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Izzatuna pada Sabtu (13/11/2021) bersama Dosen Pancasila Fisip Universitas Taman Siswa Drs. Syahri, M.Si sebagai Narasumber.

Kunjungan tersebut dilakukan untuk mensosialisasikan 4 Pilar Kebangsaan MPR RI.

 

Kunjungan ESP langsung disambut Wakil Mudir pengurus Ponpes Izzatuna Ustadz M. Romi S.H dan Kepala SMP IT Izzatuna Ustadz H. Eko Robiansyah, Lc., M.H.

 

ESP mengatakan, kehadiran para santri pada sosialisasi 4 Pilar, mengingatkan dirinya pada sejarah perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia. “Santri, Kyai, dan Ulama mempunyai peran yang penting dalam sejarah perjuangan bangsa. NKRI merdeka juga berkat perjuangan para santri, kiai, dan ulama,” jelasnya.

 

Menurutnya, dalam pertempuran di Surabaya yang terjadi pada tahun 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. para santri, kiai, dan ulama ikut turun berjuang. Ia berharap agar para santri dapat menjadi pengawal 4 Pilar agar Indonesia semakin kuat.

 

“Sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Saya mengharapkan agar kehidupan para santri dan pesantren semakin membaik,” ujarnya.

 

Sementara, Dosen Pancasila Fisip Universitas Taman Siswa Drs. Syahri,M.Si yang menjadi narasumber menjelaskan, Pancasila adalah dasar negara.

 

“Pancasila bukan wahana, tetapi ruh yang harus tetap hidup. Tanpa Pancasila, Indonesia tidak ada. Di atas Pancasila sebagai dasar negara, berdirilah pilar-pilar berbangsa dan bernegara,” katanya.

 

Secara awam telah tersosialisasikan ada empat pilar yang ditegakkan di atas dasar negara, yaitu : (1) Proklamasi Kemerdekaan (sebagai pesan eksistensial tertinggi), (2) UUD 1945, (3) NKRI, dan (4) Bhinneka Tunggal Ika.

“Tanpa dasar, pilar-pilar akan mengambang,” singkatnya.

 

Ia juga menjelaskan, Indonesia memiliki lebih dari 750 suku bangsa. Suku bangsa-suku bangsa ini sebagai pemangku Nusantara. pada 17 Agustus 1945 di satukan bersama dalam satu ‘persatuan’ menjadi Bangsa Indonesia.

 

”’Persatuan’ seluruh suku bangsa ini hanya akan menjadi ”persatéan” apabila tidak kita menumbuhkan satu ‘ruh’ yang sama dalam dimensi Gemeinschaft. Satu ruh kebersamaan itu adalah Pancasila,” ulasnya.

 

Sebab itu, Pancasila adalah asas bersama yang tunggal bagi yang bhinneka agar menjadi tunggal ika. Pancasila ibarat ‘penyebut yang sama’ (common denominator) bagi pluralisme dan multikulturalisme Indonesia.

 

“Ibarat 1/2 tak akan terjumlahkan dengan 1/3 dan 1/4. manakala ketiganya tak tertransformasikan dalam penyebut yang sama, yaitu 1/2 menjadi 6/12, 1/3 menjadi 4/12 dan 1/4 menjadi 3/12,” tandasnya.

 

“Tanpa ruh atau penyebut yang sama, ‘persatuan’ hanya akan menjadi ‘persatéan’. Adalah Pancasila yang mentransformasi kebhinnekaan menjadi ketunggal-ikaan,” pungkasnya.

Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *