Anggota Fraksi Gerindra DPR asal Daerah Pemilihan Lampung II, Dwita Ria Gunadi, bersama Komisi IV DPR RI, baru-baru ini mengunjungi Kampung Handuyang Rayu, Lampung Tengah, dalam rangka kunjungan kerja spesifik untuk meninjau program pompanisasi. Program ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan serta kesejahteraan petani di wilayah tersebut.

Dwita Ria menyoroti dampak positif yang telah dirasakan oleh petani, khususnya dalam hal peningkatan produktivitas pertanian. Melalui program pompanisasi, lahan sawah di wilayah ini kini mencapai Intensitas Pertanaman (IP) 300, memungkinkan petani melakukan panen hingga tiga kali dalam setahun, sebuah peningkatan yang signifikan. Namun, ia menyampaikan bahwa manfaat ini baru dirasakan oleh 50 hektar dari total 148 hektar lahan irigasi yang tersedia.

Dwita Ria mencatat adanya sejumlah kendala yang masih perlu diatasi agar program pompanisasi dapat menjangkau seluruh lahan sawah di wilayah tersebut. Salah satu tantangan terbesar adalah jarak antara beberapa sawah dengan sumber air sungai, yang menyebabkan sekitar 90 hektar lahan belum terjangkau oleh pompanisasi.

“Petani di sini masih menghadapi kendala jarak. Kami akan mencari solusi yang tepat agar seluruh lahan bisa mendapat akses air secara merata. Ini penting untuk menjaga keberlanjutan produksi pangan kita,” ujarnya.

Selain itu, Dwita Ria menyoroti dampak negatif dari kegiatan penambangan pasir terhadap saluran pipa swadaya yang dibangun oleh para petani untuk mengalirkan air. Akibat aktivitas tersebut, pipa-pipa rusak dan tidak dapat digunakan lagi, sehingga menghambat aliran air ke lahan yang seharusnya bisa ditanami.

Dalam kunjungan ini, Dwita Ria juga merespons keluhan kelompok tani (poktan) penerima bantuan irigasi pompa (irpom) terkait tingginya biaya operasional irpom yang disebabkan oleh ketergantungan pada bahan bakar solar. Ia mengakui bahwa harga bahan bakar yang cukup tinggi menjadi beban tambahan bagi petani dalam menjalankan irpom untuk mengairi sawah mereka.

“Kami menyadari bahwa beban biaya bahan bakar ini cukup memberatkan. Oleh karena itu, kami di Komisi IV akan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan, termasuk kemungkinan menghadirkan jaringan listrik untuk mengoperasikan irpom ini,” kata Dwita Ria.

Menurutnya, penggunaan listrik sebagai sumber energi irpom diharapkan dapat memangkas biaya operasional secara signifikan sehingga petani bisa lebih fokus meningkatkan produktivitas tanpa dibebani biaya tambahan yang besar. Ia juga menyampaikan harapan agar semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun perusahaan listrik dan energi, dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketersediaan listrik bagi program irpom ini.

“Komisi IV berkomitmen mendukung sepenuhnya upaya peningkatan ketahanan pangan, termasuk dengan memastikan dukungan infrastruktur yang lebih memadai untuk petani kita. Langkah ini tidak hanya membantu meningkatkan produktivitas, tetapi juga mendorong kesejahteraan petani dan keberlanjutan pertanian di daerah ini,” tambahnya.

Dwita Ria menutup kunjungannya dengan pesan optimisme bahwa upaya bersama ini, jika diimplementasikan dengan baik, akan membawa dampak besar bagi para petani di Kampung Handuyang Rayu. “Ketahanan pangan adalah prioritas bersama, dan kami akan terus berjuang agar seluruh lahan sawah di daerah ini bisa mendapat manfaat penuh dari program pompanisasi. Setiap petani harus merasa diperhatikan dan didukung dalam setiap aspek yang dibutuhkan untuk menunjang kesejahteraan mereka,” tutupnya.

Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *