Sebagai kandidat Doktor, ditambah lagi di tengah kesibukannya sebagai seorang wiraswasta, pemegang gelar Master di Bidang Business Development, Grenoble Graduate School of Business, Perancis ini mendedikasikan sebagian waktu berkunjung ke desa-desa dan rumah-rumah warga untuk bertemu dan berbincang dengan rakyat kecil, buruh, tukang becak, dan para petani.
Bagi “Teh Ardhya” (panggilan akrab Ardhya Pratiwi Setiowati) pekerja seperti petani, nelayan, buruh, buruh, dan tukang becak adalah sektor yang kurang diperhatikan. Bersama dengan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh adat, “Teh Ardhya” telah lama melakukan Pendidikan alih Profesi bagi para pengemudi becak yang sudah lanjut usia dan sudah tak cukup tenaga untuk mengayuh becak. Selain itu “Teh Ardhya” ikut serta dalam memfasilitasi
mobil Ambulance kepada beberapa titik yang sekiranya membutuhkan dan rawan bencana alam. Mobil Ambulance ini sa;ah satu bukti keseriusan dan keikhlasan “Teh Ardhya” dalam bidang sosial dan kemanusiaan.
Sebagai seseorang yang sudah lama tinggal dan besar di Bumi Parahyangan Timur, “Teh Ardhya” sangat mencermati dinamika politik dan budaya khususnya di Bumi Parahyangan Timur. Pemaknaan atas keistimewaan budaya, daerah, dan penduduk asli Parahyangan Timur merupakan sesuatu yang MUTLAK. “. Seperti bagaimana cita-cita seluruh masyarakat Bumi Parahayangan Timur.
Putri kedua dari Jenderal TNI (Purnawirawan) Djoko Santoso yang merupakan Mantan Panglima TNI dan Angky Retno Yudianti ini bersama dengan beberapa lembaga sosial sering kali membuat kegiatan peduli lingkungan dan kemanusiaan. Beberapa waktu lalu “Teh Ardhya” bersama-sama dengan beberapa dokter serta dibantu oleh relawan penggiat kesehatan melaksanakan Pengobatan dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis dibeberapa desa di kawasan Bumi Parahayangan Timur.
Sejak tahun 2014, bersama dengan beberapa sahabat dan ditemani oleh kakak kandung yaitu Andika Pandu Puragabaya, S.Psi., M.Si., M.Sc yang juga merupakan Anggota Komisi I DPR RI ini sering kali mendampingi beberapa petani dan buruh dalam memperjuangan setiap haknya. Salah satu hak yang diperjuangkan adalah kesejahteraan para petani. “Teh Ardhya” membangun kesejahteraan petani dengan ide-ide pertanian organik. “Teh Ardhya” dengan penuh semangat menggelorakan pergerakan dengan semangat yang sama, yaitu semangat “REVOLUSI ARGO NUSANTARA”, gerakan ini untuk mengembalikan lahan pertanian yang sehat serta bebas dari
unsur racun-racun kimia. Perlu diadakannya Revolusi serba alami dan organik. Kembali kepada Negeri
AGRARIS. Kembali menjadi Negara MARITIM yang kuat.
“Teh Ardhya” lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), dengan semangat “REVOLUSI ARGO NUSANTARA” memberikan inovasi berupa budidaya CACING SUTERA dan SINGKONG GAJAH yang bekerja sama dengan beberapa Kelompok Kerja dan Kelompok Tani untuk dijadikan pupuk organik yang dapat diproduksi langsung oleh masyarakat kelompok kerja dan kelompok tani di daerahnya masing-masing yang nantinya tercipta sumber mata pencarian baru di masyarakat. Karena ketahanan Pangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam ikut andil mempertahankan ketahanan nasional.
“Teh Ardhya” sangat menikmati waktunya ketika sedang berkunjung ke Bumi Parahyangan. Tak pelak lagi,
ketika menyusun penelitiannya, “Teh Ardhya” yang juga menggemari kesenian tradisional seperti Tari
Jaipongan, Bajidoran, Wayang Golek, Degung, Rampak Gendang, dan Kacapi Suling ini juga ikut melestarikan dan memperkenalkan budaya-budaya ini ke kancah internasional. “Teh Ardhya” memperkenalkan kepada teman-teman kuliahnya saat masih kuliah di Perancis, alhasil tidak sedikit yang tertarik untuk mengunjungi beberapa
daerah di Bumi Parahayangan Timur Indonesia.
“Teh Ardhya” memiliki keyakinan untuk membangun suatu daerah harus dimulai dengan membangun identitas daerahnya dahulu. Jangan sekali-kali meninggalkan kearifan lokal. Pendiri negeri ini sudah meletakkan dasar negara PANCASILA untuk mempersatukan bangsa. Sehingga para pemegang kebijakan di daerah, mulai dari Sabang sampai dengan Merauke harus mengacu kepada PANCASILA. Kebijakan mulai dari identitas daerah dan dipersatukan dengan dasar-dasar PANCASILA.
Para pemegang kebijakan di daerah, di lembaga eksekutif mulai dari Lurah, Camat, Bupati/Walikota, sampai Gubernur, juga di Legislatif dan Lembaga Yudikatif tidak boleh melepas dan tidak bisa memisahkan identitas daerah. Kearifan lokal, budaya daerah, dan denyut nadi masyarakat harus menjadi pertimbangan Utama. “Jangan sampai keinginan pusat yang dipaksakan masuk ke daerah”, tegas “Teh Ardhya”.
Meski masih relatif muda, “Teh Ardhya” yang lahir pada 6 Juli 1988 (29 Tahun) sudah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk menjadi anggota DPR RI agar dapat lebih optimal dan berpartisipasi langsung dalam membangun bangsa dan negara untuk mewakili Daerah Pilih (Dapil) Jawa-Barat yang mencakup wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar melalui Partai GERINDRA.