JAKARTA, Fraksigerindra.id — Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menceritakan kisah di balik kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia beberapa waktu lalu untuk memediasi kedua negara yang sedang berperang tersebut.
Prabowo menuturkan ia diminta Jokowi menelepon jenderal-jenderal agar RI diperbolehkan jadi mediator. Ia juga menugaskan Prabowo untuk membangun komunikasi dengan negara terkait untuk memediasi konflik dunia.
“Beliau juga perintahkan saya, ‘Menhan pakai jalur pertahanan, bicara sama jenderal-jenderal Amerika dan jenderal-jenderal Rusia, bisa enggak Indonesia mediator, mediasi?'” ujar Prabowo mengulang perintah Presiden Jokowi saat memberi sambutan pada puncak milad ke-45 Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Sabtu (29/10).
Arahan tersebut pun ditindaklanjutinya. Ia pun menyambangi Menhan Amerika Serikat (AS), Llyod Arnold III, di Gedung Pentagon, Washington DC, pada pekan lalu dan ke negara lainnya dalam waktu dekat.
Langkah-langkah tersebut, terang Prabowo, merupakan langkah konkret Indonesia dalam menciptakan dan menjaga perdamaian dunia sesuai mandat konstitusi.
“Kita berusaha untuk menjadi jembatan untuk meleraikan petempuran, untuk menyejukkan semua pihak. Tidak gampang. Presiden sudah coba, saya juga sudah coba. Saya panggil kedua duta besar, masing-masing bersikeras,” ungkapnya.
Prabowo kemudian berbicara mengenai ancaman perang dunia ketiga. Dia mengatakan, invasi Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 berdampak secara global. Bahkan, banyak tokoh-tokoh dunia memprediksi hal itu akan memicu Perang Dunia (PD) III.
“Korban meninggal bisa puluhan juta orang kalau terjadi Perang Dunia III, yang kita doakan tidak terjadi dan tidak boleh terjadi. Dan kita minta kepada Yang Mahakuasa untuk menghindari umat manusia dari bencana yang lebih besar,” ujar dia.
Prabowo melanjutkan Indonesia dengan sistem politik bebas aktifnya pun berupaya menjadi penengah konflik Rusia-Ukraina agar eskalasi tidak meluas.
Prabowo mengaku bangga dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang tidak berpihak kepada blok mana pun. “Kita menghormati semua bangsa, semua negara, semua ras, semua suku.”
“Itulah jiwa tradisi bangsa Indonesia dan itulah yang saya sangat senang pemimpin-pemimpin, tokoh-tokoh, seperti Imam Besar kita, tokoh-tokoh Remaja Masjid Indonesia, adalah Islam yang selalu sejuk, Islam yang damai, Islam yang tidak mau terpancing, Islam yang tidak mau memusuhi, Islam yang mencari jalan damai,” imbuhnya.