JAKARTA — Anggota Komisi XI dari Fraksi Gerindra, Kamrussamad meminta semua pihak diminta mewaspadai terjadinya gelombang pandemi ketiga di Indonesia. Bila ini terjadi menurutnya berpotensi menghancurkan fundamental ekonomi yang sedang susah payah diperbaiki akibat hantaman pandemi setahun terakhir ini.
Hal itu diungkapkannya dalam acara Temu Stakeholder antara perbankan, pelaku usaha dan otoritas fiskal yang berlangsung di Bali, belum lama ini.
“Pemerintah harus bisa memperbaiki ekonomi akibat hantaman pandemi setahun terakhir ini. Apabila gelombang ketiga pandemi covid-19 tidak dapat dicegah maka kita mengkhawatirkan akibatnya sangat fatal bagi fundamental ekonomi. Oleh sebab itu, pemerintah harus punya cara yang tepat untuk memperbaiki perekonomian negara,” ungkap Kamrussamad.
Ditambahkannya, Pembentukan Kementerian Investasi dan Pencipta Lapangan kerja serta Pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) masih belum bisa diharapkan dalam jangka waktu pendek mampu gerakkan investasi. Pasalnya ekosistem investasi global masih menanti melihat kemampuan negara dalam mengendalikan Covid-19.
Bunga kredit perbankan belum turun, masih dikisaran 12%-14%, sementara suku bunga acuan BI dilevel 3,5% dinilainya tidak signifikan mendorong penurunan bunga kredit perbankan. “Jadi wajar jika dunia usaha masih belum bergerak,” paparnya.
Ditegaskannya, kebijakan nasionalisme vaksin berpotensi semakin menyulitkan Indonesia. Lantaran batas waktu kebijakan relaksasi kredit Perbankan harus dilakukan secara gradual dan sektoral bahkan sektor tertentu berharap bisa diperpanjang hingga 2023.
“Kebijakan antisipasi kemungkinan Lonjakan NPL tak terkendali pada industri Perbankan. Cara ketiga yang dimungkinkan untuk memperbaiki perekonomian adalah konsep pemulihan ekonomi Nasional diubah menjadi penyelamatan ekonomi nasional sehingga lebih tajam dan fokus Pada sektor UMKM dan industri padat karya,” tandasnya.